Tepatnya di tanggal 11 Desember 2020, saya(Sr. M. Paulina) dan Sr. M. Elfrida, sahabat perjuangan sejak masuk aspiran sebagai calon SND, kami menerima surat undangan via email dari sekertariat Rumah Khalwat Roncalli di kota Salatiga sebagai peserta Kursus Persiapan Profesi Kekal yang akan diselenggarakan pada tanggan 10 Januari sampai 28 Februari. Kami memaknai ini semua sebagai undangan sekaligus kado special dari Tuhan. Tak lupa kami berterima kasih kepada Sr. Mary Kristin, SND dan Sr. M. Monika SND yang telah memberi kesempatan kepada kami.
Tepatnya di tanggal 10 Januari, kami berdua diantar oleh pimpinan komunitas ke Roncalli. Peserta yang mengikuti kursus 26 orang terdiri dari 13 Kongregasi. Kami berdinamika bersama mereka sebagai satu komunitas yang didampingi oleh para staf, termasuk Sr. M. Virgo SND sebagai team pengajar dan pembimbing.
Wajah ceria, semangat dan ketekunan selalu mewarnai hari-hari kami dalam berdinamika, baik saat pelajaran, sharing, doa, rekreasi dan hidup berkomunitas. Dalam dinamika kelompok, kami selalu diberi kesempatan oleh para dosen untuk sharing dalam kongregasi. Kami berdua sudah saling mengenal dan telah melewati begitu banyak cerita suka dan duka dalam berjuang untuk mensetiai panggilan Tuhan sebagai Suster Notre Dame.
Kembali kami diingatkan betapa pentingnya menulis buku harian. Sewaktu masa formasi, kami merasa buku harian hanya sebatas rutinitas belaka, namun moment ini kembali menyadarkan dan memotivasi kami untuk menulis cinta Tuhan yang kami alami selama sehari. Selain itu, hidup doa, hidup komunitas, seksualitas, healing, sejarah hidup bakti dan trikaul. Kami menyadari bahwa Tuhan sungguh mencintai kami, Dia tak memandang rupa, dan Dia tak punya alasan, mengapa Dia mencintai kami. Dia selalupunya cara yang penu misteri agar kami selalu jatuh cinta pada-Nya.
Diakhir kursus, kami menikmati liburan 8 hari bersama-Nya. Selama berlibur, kami mengalami desolasi, karena berhadapan dengan masa lalu ataupun luka batin yang menyebabkan diantara kami dan Dia semacam ada jurang yang memisahkan. Kami juga disadarkan bahwa Dia, Pria yang sungguh romantis. Dia tak pernah mengatakan I Love You, namun cinta-Nya melebihi segalanya; cinta-Nya tak sebait kata, hingga kami mengalami konsolasi, kegembiraan, bahwa Dia sedang mengukir dan memahat kami sekehendak-Nya.
Tuhan sedang menyatukan hati, mengukuir dan memahat cinta-Nya dalam diri kami. Selesai kusus, kami kembali dengan semangat dan keputusan yang sama untuk membalas surat cinta-Nya. Entah apapun jawaban-Nya nanti, kami percaya, itulah cara Dia mencintai kami. Soli Deo.